Kamis, 06 November 2014

"Look Through My Eyes" by Phil Collins


There are things in life you learn
And oh in time you'll see
It's out there somewhere
It's all waiting
If you keep believing
So don't run
Don't hide
It will be alright
You'll see
Trust me
I'll be there watching over you

Just take a look through my eyes
There's a better place somewhere out there
Just take a look through my eyes
Everything changes
You'll be amazed what you'll find
(There's a better place)
If you look through my eyes

There will be times on this journey
All you'll see is darkness
But out there somewhere
Daylight finds you
If you keep believing
So don't run
Don't hide
It will be alright
You'll see
Trust me
I'll be there watching over you

Just take a look through my eyes
Theres better place somewhere out there
Just take a look through my eyes
Everything changes
You'll be amazed what you'll find
(Theres a better place)
If you look through my eyes

All the things that you can change
There's a meaning in everything
And you will find all you need
There's so much to understand
Take a look (take a look) through my eyes
Theres a better place somewhere out there
Just take a look (take a look) through my eyes
Everything changes
You'll be amazed what you'll find
(You'll be amazed if you just take a look)
Look through my eyes theres a better place somewhere out there
Just take a look through my eyes
Everything changes
You'll be amazed what you'll find
If you look through my eyes
Just take a look through my eyes
If you look through my eyes 
Take a look through my eyes

Link Download :
http://a.tumblr.com/tumblr_lhoj62hkrB1qzbrduo1.mp3

Rabu, 05 November 2014

"Saya yang Berjalan Cepat, Atau Mahasiswa yang Berjalan Lambat?"

          Oleh Giri Lumakto
          Kadang saya berfikir, menjadi mahasiswa itu seperti ‘Having the whole time in this world‘. Atau dengan kata lain, waktu mahasiswa itu sangat luang dan santai. Sampai-sampai berjalan saja santai dan lambat. Sering saya harus berdehem atau berucap permisi jika saat saya berjalan ada beberapa mahasiswa berjalan menghalangi jalan. Santai sembari ngobrol dan kadang pula ngemil, mahasiswa ini berjalan seolah bukan di jalan umum. Seolah mereka berjalan di tanah lapang, sehingga mau berjejer sampai 3 atau 4 orang tidak masalah. Lebih lagi, mereka berjalan lambat. Kadang saya nggumun (bertanya-tanya, Jawa), saya yang jalannya cepat atau memang mereka yang lambat? Tidak cuma sekali saya alami hal ini. Beberapa kali, sampai tidak terhitung atau saya lupa. Jalan atau alley (lorong kecil depan kelas), memang ramai saat jam kuliah berganti. Namun tidak begitu ramai saat kuliah berlangsung. Saya kadang keluar kelas untuk mengambil sesuatu di meja saya. Namun, ada saja mahasiswa yang berjalan lambat. Tidak sekadar lambat, namun berbaris. Sepertinya mereka tidak ada hal lain yang dilakukan, sehingga sangat santai. Atau mereka memang sudah selesai kuliah, sehingga merasa santai. Padahal, saya memang butuh cepat ke meja saya dan kembali ke kelas. Sehingga, ada dua hal yang coba saya soroti hal ini, dari kacamata korban seorang yang dihalangi jalannya.

             Pertama, memang mahasiswa tidak klik pragmatiknya. Atau saya sering disebut tak tahu tata krama. Nah, ini mungkin yang sering terjadi. Etika berjalan sejatinya tidak menghalangi arus berlawanan. Serta, tidak menghalangi arus yang hendak mendahului. Mirip seperti di jalan raya atau jalan besar. Jika etika ini dipatuhi, kelancaran lalin pun terjadi. Namun, jika berjalan di jalan depan kelas saja tidak tahu etika. Apalagi di jalan raya. Sehingga, saya berfikir, apakah begini cara mereka di jalan raya. Menghalangi orang yang hendak mendahului.

           Saya dan istri saya selalu mencoba tertib berjalan. Jika jalan kecil atau di jalan yang dilalui motor atau mobil. Maka, kami tidak berjalan berjajar atau ber-shof. Karena tidak ingin menghalangi kendaraan di belakang kami. Hal ini juga menghindari celaka jika ada kendaraan yang kebetulan ngebut. Berbeda dengan mahasiswa yang saya temui. Mereka berjalan berjajar dan lambat. Selain menghalangi orang dibelakangnya. Hal ini juga cukup menyebalkan. Orang yang hendak mendahului ingin ada urusan cepat, malah jadi jengkel. Tata krama berjalan para mahasiswa, sepertinya sudah hilang.
         Kedua, mahasiswa berjalan lambat dan berjajar seolah memiliki 2 x 48 jam sehari. Mereka seolah merasa hari yang mereka lalui sangat lama. Sehingga mereka bisa santai dan semau mereka. Walau kadang, sering saya lihat curhat mereka di Facebook atau Twitter tentang tugas yang menumpuk. Atau ngomel dosennya memberi tugas yang bejibun dan banyak. Faktanya, mereka santai-santai saja saat berjalan dan mengobrol. Seolah tugas dan PR itu cuma ada di kost atau rumah mereka. Sehingga, tugas atau PR bukanlah menjadi bagian atau kewajiban mereka studi. Tapi bagai beban yang berat dan memberatkan. Namun tidak saat mereka berjalan santai dan berjejer.

          Andai saja mereka bisa sedikit membayangkan menjadi orang yang dihalangi jalannya. Seperti saya yang seharian harus mengajar sampai sore. Keluar masuk cuma untuk minum atau mengambil ATK. Menjadi orang yang memang bekerja dan melihat waktu sangat terbatas. Di kampus atau di kantor bekerja. Ada banyak deadline tugas atay administrasi yang harus dipenuhi. Coba kalau mereka bisa melihat dan menjadi orang yang menghargai waktu. Saya fikir tidak ada lagi mengeluh tugas. Bisa saja selesai kuliah mereka kerjakan di luar kelas. Tugas kelompok langsung dibahas dan dijawab setelah jam istirahat, dll. Beban tugas kadang hanya buatan fikiran mereka sendiri saja.

       Fenomena ini sepertinya dipelajari (learned) atau dicontohkan (modeled). Dipelajari dari lingkungan sekitar mahasiswa. Entah itu orangtua atau teman, atau orang-orang terdekat mereka. Atau memang dicontohkan orangtua, atau orang-orang terdekat mereka. Sebuah fenomena nyata, dimana tata krama dan pola fikir generasi kita saat ini yang semakin hilang kepribadian baiknya. Sebuah generasi yang terombang-ambing.
Salam,
Solo, 22 September 2014